Pengalaman Inseminasi Buatan di Morula IVF
Pada tahun 2021, kami memutuskan untuk menjalani program inseminasi buatan di Morula IVF Menteng. Keputusan ini kami lakukan setelah beberapa pertimbangan: 3 tahun setelah menikah kami belum memiliki anak, dan kondisi suami yang sering pergi untuk menjalankan tugas negara. Oleh karena itu kami memutuskan untuk melakukan program ini sebagai usaha dan supaya bisa lebih fokus pada program kehamilan.
Setelah mencari tahu info tentang dokter di Jakarta, kami disarankan oleh teman (yang profesinya juga dokter) untuk ke dr. Reino Rambey, Sp.OG yang berpraktek di Morula IVF. Ada banyak dokter di Morula, bisa dicek disini.
Jujur saja saya tidak terlalu paham masalah program kehamilan. Lalu saya pergi kesana sendiri untuk konsultasi dengan dr. Reino (waktu itu saya nggak tau kalo ternyata dr. Reino ini hits banget ternyata 😅). Oleh karena itu antrian di dr. Reino cukup panjang dan lama banget.
Saya pergi ke Morula sendiri karena posisi suami sedang tidak di Indonesia. Jadi niat awal saya, saya konsultasi dulu apa saja yang harus dipersiapkan untuk program hamil dan bisa langsung eksekusi begitu suami pulang. Saya pilihnya yang di menteng karena dekat dengan kantor saya (tapi jauh banget dari rumah).
Setelah konsultasi, kami memutuskan untuk mencoba program inseminasi buatan dahulu. Dokter Reino sempat menyarankan untuk program IVF tapi setelah kami pikir-pikir lagi, mungkin coba untuk inseminasi dulu saja. Karena saat itu suami hanya memiliki waktu dua minggu di Indonesia.
Pada hari ke dua atau tiga menstruasi saya kesana lagi untuk dicek kondisi telur saya dan lain-lain. Proses program inseminasi ini cukup melelahkan karena harus bolak-balik ke klinik untuk cek ini itu. Saya sarankan untuk selalu jaga stamina dan kesehatan. Selalu makan makanan sehat supaya tidak gampang lelah dan cepat dalam pemulihan. Lelahnya bukan hanya fisik namun lelah mental juga. Harus sabar menunggu antrian dipanggil masuk dokter maupun antrian kasir. Karena Morula ini ramai banget. Misalnya udah janji jam 3, mungkin dipanggil untuk masuk ke dalam bisa jam 5 dan selesai bayar dll kurang lebih selesai jam 6an. Jadi harus bener-bener meluangkan waktu banyak di hari itu karena ketidakpastian akan selesai jam berapa.
Meskipun Morula ramai dan harus antri lama, tapi saya akui pelayanan Morula bagus banget. Petugas medisnya gercepdan bisa menjelaskan dengan detail cara menggunakan obatnya, lalu prosedurnya seperti apa, intinya mereka selalu mau menjelaskan jika kita bertanya—tidak pelit info. Satpamnya Morula pun baik hati banget lagi nunggu mobil datang di lobby, tiba-tiba dibawain kursi 🥺. Intinya pelayanan disana nggak bikin emosi karena mereka tahu betapa lelahnya menjalani program kehamilan. Minusnya cuma satu sih, parkirnya susah. Jadi lebih baik naik transportasi umum kesini atau diantar.
Saya mendapatkan obat selama program inseminasi, dalam bentuk tablet, suntikan, dan pen juga. Ada yang berfungsi untuk memecahkan telur, membesarkan telur, dan lain-lain. Udah agak lupa obatnya apa saja. Saya minta tolong teman saya karena kurang berani jika harus injeksi sendiri. Apakah ada efek samping obat? Menurutku sih ada ya, rasanya badan jadi aneh mungkin efek hormon atau entah apa. Setelah obat habis, saya kembali lagi ke dr. Reino dan beliau akan memutuskan kapan program inseminasi dilakukan. Disini tidak hanya pihak perempuan saja yang melakukan cek lengkap, namun pihak laki-laki juga dicek meskipun tidak seribet perempuan ya. FYI, sebelum saya memutuskan untuk program inseminasi saya sudah pernah check up sekali di Morula dan juga mengambil pemeriksaan HSG di RSIA Bunda (lokasinya di seberang Morula). Proses pemeriksaan HSG cukup sakit setelahnya, jadi harus siap obat pereda nyeri ketika kamu melakukan HSG.
Pada hari H proses inseminasi, kami datang pagi karena suami harus mengeluarkan spermanya dulu sekitar jam 8 yang kemudian dicuci sebelum dimasukkan. Karena proses pencucian sperma cukup lama. Setelah itu, sekitar jam 11 mulai proses inseminasi. Saya berbaring di atas kursi dan posisi kaki naik ditaruh di atas penyangga. Lalu ada semacam selang yang dimasukkan ke dalam vagina, dan sperma dimasukkan melalui selang tersebut. Setelah itu, saya disuruh berbaring sekitar 15 menit. Prosesnya cepat dan dokter berkata untuk melakukan test pack pada tanggal sekian.
Biaya Inseminasi
Untuk biaya total inseminasi di Morula sekitar 15juta rupiah. Biaya ini dibayarkan setiap kali kedatangan termasuk obat. Jadi bukan biaya yang dibayarkan di awal sebesar 15juta. Mungkin beda orang bisa beda juga biayanya.
Program hamil memang cukup mahal, karena yang dihitung bukan hanya biaya yang dibayarkan kepada klinik tapi lelah juga harus dihitung, biaya transport dan juga makanan.
Meskipun program inseminasi yang kami jalankan gagal (sempat telat seminggu kemudian gugur), namun banyak pelajaran hidup yang bisa kami dapatkan. Sedih sih pasti, tapi harus bersyukur masih bisa hidup dalam keadaan sehat & tercukupi. Will I try this again? Hmm.. Jujurly, kami masih ingin mencoba secara normal dulu. Jika masih gagal, mungkin selanjutnya kami akan mencoba IVF. It’s gonna be a long journey, so just enjoy the ride 😊
Tetap semangat dan selalu bersyukur! Semoga postingan ini membantu kalian yang ingin mencoba program inseminasi.