Merasa Cukup
Ketika saya melihat postingan di IG @lyfewithless tentang merasa cukup, saya terinspirasi untuk mencari tahu apa yang membuat beberapa manusia tidak merasa cukup.
Kita membutuhkan uang untuk hidup. Saya tidak menyangkal bahwa saya suka melihat sesuatu yang saya sukai seperti tanaman, gadget baru, atau barang lain yang sesuai dengan selera saya.
Namun, saya memperhatikan mengapa banyak orang yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang mereka punya?
Ketika saya browsing video di Youtube, banyak rekomendasi video tentang koleksi tas, koleksi mobil, koleksi jam, atau barang-barang mewah lainnya. Saya penasaran mengapa orang tersebut suka sekali memiliki jumlah barang lebih daripada yang dibutuhkan?
Tidak ada yang salah dengan menginginkan barang mewah. Barang dinilai mahal karena pembuatannya yang sulit, mahal karena kemampuan craftmanship atau ide yang dibutuhkan untuk membuat barang tersebut.
Definisi mewah setiap orang tentu saja berbeda. Bagi perempuan berumur 17 tahun dari Singapore ini mungkin memiliki satu tas Charles & Keith sudah sangat terasa mewah. Bagi celebrity mungkin mewah adalah ketika mereka memiliki private jet atau rare birkin bag.
Selalu ingin tas yang lebih bagus, ratusan tas branded, ratusan skincare & makeup, uang lebih dari cukup, kekuasaan yang lebih besar, puluhan mobil mewah, puluhan jam tangan mewah, rumah yang mewah, berpiring-piring makanan all you can eat, rasanya masih tidak cukup.
Lalu mengapa banyak orang yang tidak pernah cukup?
Kurangnya kasih sayang waktu kecil dari orang tua, atau kritik pedas dari orang tua setiap hari atau di-bully oleh teman-teman dapat memberikan dampak ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain ketika sudah dewasa. Hal ini dilakukan dengan banyak cara seperti selalu berusaha menjadi lebih baik daripada orang lain, selalu berusaha memiliki barang-barang yang terbaik & lebih bagus daripada orang sekitarnya, selalu ingin memiliki pencapaian hidup yang lebih dalam hidupnya.
Ketika mereka memiliki tas banyak (hanya contoh, bisa dalam bentuk hal lain seperti mobil, gelar, jabatan, atau lainnya), mereka mendapatkan banyak pengakuan dari orang lain. Pengakuan ini yang sebenarnya diinginkan oleh orang tersebut. Karena kurangnya pujian dari orang tua semasa kecilnya, kita merasa senang saat mendapat pujian karena kita diakui. Dan akhirnya kita mencari terus menerus bagaimana cara mendapatkan pengakuan dari orang lain (external validation).
Selain pengalaman masa kecil, mungkin hal yang membuat kita merasa tidak selalu cukup adalah kejadian pahit yang kita alami. Misalnya tiba-tiba kehilangan pekerjaan, atau kehilangan barang yang sangat berharga. Sehingga kita memiliki kecenderungan untuk mengumpulkan sesuatu (contoh: uang) sebanyak-banyaknya.
Ketika kita melihat orang yang tampaknya tidak pernah mensyukuri apa yang mereka punya, mungkin mereka mengalami hal pahit seperti ini pada saat kecil. Berusaha untuk tidak menghakimi mereka, namun memahami perspektifnya.
Apa yang harus dilakukan?
Mencari akar permasalahan yang sebenarnya. Sadari dan pahami mengapa itu terjadi. Percaya bahwa diri kita adalah pribadi yang cukup. Bahwa kita bukan sebuah kegagalan karena gagal melakukan sesuatu. Bahwa kegagalan adalah hal yang manusiawi & wajar.
Belajar untuk merasa cukup. Mulai dari hal-hal yang kecil. Makan secukupnya, minum secukukpnya. Tidur secukupnya, olahraga secukupnya.
Belajar untuk mendengarkan diri kita saat mengatakan “cukup”.
Ketika kita merasa cukup, kita tidak akan berusaha mencari lagi pengakuan dari orang lain. Merasa cukup akan membawa perubahan pandangan hidup, hidup menjadi lebih bermakna. Bermakna dari dalam diri sendiri, bukan dari apa yang kita punya.
Saya sendiri masih jauh dari merasa cukup. Artikel ini dibuat sebagai pengingat bagi saya jika saya tidak merasa cukup dengan apa yang saya miliki.